“Kalau itu benar adanya berarti ini sudah kesalahan besar dan sangat – sangat keterlaluan,” pungkas Herman.
Herman Lase menyampaikan, kalau ini acara Gereja berarti ini Umum, bukan acara Adat, tidak semestinya baju Adat Kebesaran Budaya Ono Niha di obralkan di sana.
“Karena memperoleh baju Adat Kebesaran ini bukan segampang membalikkan telapak tangan. Dulu saya dengar banyak korban nyawa dan pikiran untuk memperolehnya. Jadi untuk itu saya meminta agar hal ini dipertanggungjawabkan oleh Penyemat Baju Adat Kebesaran Budaya Nias tersebut,” ungkapnya.
Diharapkan Herman Lase kepada seluruh Masyarakat Nias agar jangan jadi gampangan, bukan persoalan ada undang – undang yang mengatur itu, tapi aturan Adat yang turun temurun dari leluhur kita.
Selain itu, beberapa komentar dari Facebook bermunculan, salah satunya akun milik @Oki Gowe Nazara.
“Kita harap peran orang tua -orang tua kita untuk memberi pencerahan kepada kita hal yang di atas. Tapi kalaulah orang tua tidak lagi berperan ya wajar saja bisa terjadi kebodohan² sperti ini,” tulisnya di kolom komentar.
Yang lain juga seperti akun milik @Meiman Daeli mengatakan, “Semudah itukah Jubah kebesaran Suku Nias yg sama2 kita banggakan disematkan secara sembarangan tanpa melalui alur adat kita? Sangat disayangkan (ditambahkan dengan emotion rasa sedih).
“Siapa lagi yg bisa menjaga Marwah suku Nias jika bukan kita? Kita harap tokoh2 atau orang tua suku Nias bisa menjelaskan ini, semoga orang tua kita khususnya di Batam tidak menutup mata melihat ini,” lanjutnya berkomentar.
(Red)