Pembunuh Berantai 7 Bayi di Inggris, Perawat Lucy Letby Dipenjara Seumur Hidup

Orang tua Letby, yang hadir selama persidangannya, tidak menghadiri sidang vonis hukumannya.

Sebelumnya Perdana Menteri Rishi Sunak juga mengatakan bahwa merupakan tindakan yang “pengecut” jika pelaku kejahatan tidak menghadapi korban atau keluarga mereka di pengadilan.

Pemerintah Inggris telah memerintahkan penyelidikan independen mengenai latar belakang pembunuhan yang dilakukan perawat Letby, namun, penyelidikan tersebut tidak memiliki kekuatan untuk memaksa saksi memberikan bukti.

Sebagai dampaknya, muncul kekhawatiran dari beberapa pihak mengenai seberapa efektif penyelidikan ini dalam memeriksa kasus ini.

Di antara mereka adalah anggota parlemen dari Partai Buruh Kota Chester Samantha Dixon yang mengatakan kepada BBC bahwa penyelidikan harus bergantung pada “niat baik para saksi untuk hadir”.

Konsultan utama di unit neonatal tempat perawat Letby bekerja sebelumnya mengatakan pimpinan rumah sakit gagal menyelidiki tuduhan tersebut dan berusaha membungkam para dokter.

Awal Mula Kecuriaan Dokter Atas Perawat Letby

Dr Stephen Brearey pertama kali menyampaikan kekhawatiran tentang perawat Letby pada Oktober 2015 kepada manajer rumah sakit, termasuk Alison Kelly, yang bertanggung jawab atas keperawatan pada saat itu.

Namun Dr Stephen Brearey mengatakan tidak ada tindakan yang diambil dan Letby terus menyerang lima bayi lagi, menewaskan dua bayi. Alison Kelly sejak itu diberhentikan sebagai direktur keperawatan untuk Rochdale Care Organisation, yang merupakan bagian dari Northern Care Alliance NHS Foundation Trust.

NHS England mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan informasi yang muncul selama persidangan.

Menyusul putusan bersalah terhadap perawat Lucy Letby pada Jumat 18 Agustus, ahli medis utama penuntut dalam kasus ini, Dr Dewi Evans, mengatakan para eksekutif rumah sakit yang gagal bertindak harus diselidiki oleh polisi.

Dia bermaksud untuk menulis surat kepada Polisi Cheshire guna meminta pasukan menyelidiki bos karena tidak bertindak atas keprihatinan dokter.

Tony Chambers, mantan kepala eksekutif rumah sakit, sebelumnya mengatakan dia “benar-benar menyesal” atas apa yang dialami keluarga korban, dan dia akan “bekerja sama secara penuh dan terbuka” dalam setiap penyelidikan pasca-persidangan.

“Sebagai kepala eksekutif, fokus saya adalah keselamatan unit bayi dan kesejahteraan pasien dan staf,” kata Tony Chambers.

“Saya terbuka dan inklusif saat menanggapi informasi dan panduan,” tambah Tony Chambers.

Ian Harvey, mantan direktur medis di rumah sakit, juga mengatakan dia akan membantu penyelidikan “dengan cara apa pun yang saya bisa. Sebagai direktur medis, saya bertekad untuk menjaga keamanan unit bayi dan mendukung staf kami,” katanya.

“Saya ingin peninjauan dan penyelidikan dilakukan, sehingga kami dapat memberi tahu orang tua apa yang terjadi pada anak-anak mereka,” imbuh Ian Harvey.

 

Sumber: liputan6.com

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *